Pengantar Ilmu Hakekat Makrifat
Muqaddimah
Saudara-saudara pembaca,
Allah menciptakan ilmu hakikat yang dikenal dengan sifat-Nya yang maha mengetahui. Kita sebagai manusia hanya memiliki pengetahuan yang sangat sedikit, yang juga berasal dari Allah. Tanpa sifat ilmu dari Allah, kita akan menjadi manusia bodoh dan dungu.
Tidak ada orang yang berani mengatakan bahwa ilmu hakikat yang dimiliki Allah adalah salah, sesat, tidak benar atau menyesatkan karena Allah adalah Maha Benar dan Maha Mengetahui. Namun, ketika disebutkan bahwa ilmu hakikat juga dikenal sebagai ilmu mengenal diri, banyak yang menganggapnya sebagai ilmu sesat, tidak benar, bahkan menyesatkan.
Mengapa hal itu bisa terjadi? Karena mereka buta dan tuli. Buta karena mereka memilih untuk menjadi buta dan tuli karena mereka dipaksa menjadi tuli. Siapa yang membutakan dan mentulikan mereka? Hanya Allah yang berkuasa.
Mereka buta karena tidak ingin mencari dan membaca hadis qudsi atau membaca Al-Quran untuk memperoleh pengetahuan dari kitab suci tersebut. Mereka pekak karena tidak ingin mendengar kebenaran. Sayangnya, menjadi umum bagi sebagian orang untuk suka pada hal-hal yang dianggap sesat dan tidak benar.
Oleh karena itu, banyak orang yang tertarik dan ingin mempelajarinya. Namun, karena dianggap sebagai ilmu sesat, apakah ada orang yang berani mengajarkan ilmu ini di masjid, surau, institusi ilmu, atau dalam acara-acara ilmiah seperti seminar dan forum?
Orang yang gila tidak menyadari kesesatannya. Jika ia menyadarinya, ia akan semakin gila dan sesat.
Risalah Kecil ini diharapkan dapat membantu Anda dalam mencari ilmu yang dikatakan sesat. Karena menurut pandangan saya, kesesatan disebabkan oleh kebodohan seseorang tentang dirinya sendiri. Maka, carilah hakikat diri Anda sendiri agar Anda tidak sesat.
Namun, saya ingin memberi peringatan kepada orang yang menganggap dirinya benar. Anda tidak boleh membaca Risalah ini. Peringatan ini juga ditujukan kepada orang-orang yang menganggap diri mereka lebih Islami dari saudara seagama.
Takut-takut ilmu sesat ini akan membuat orang yang benar menjadi gila (gila isim), dan orang yang mengaku lebih Islami dari yang lain menjadi fasik bahkan menjadi zindik. Oleh karena itu, status lebih ini seharusnya menjadi milik orang lain.